Minggu, 29 Januari 2012

Ibu...

Ibu..
Beberapa jam yang lalu, saya nonton acara Hitam-Putih yang bintang tamunya Ustad Maulana.. Awalnya saya gak begitu tertarik.. saya mendengarnya sambil melakukan pekerjaan yang lain, tapi apa yang membuat saya tiba-tiba begitu ingin duduk di depan TV dan mendengar penjelasannya tentang "Ibu"...

Saya sangat terharu, ketika beliau berkata, bahwa inspirasi beliau, dan semua-semuanya yang tak dapat kutuliskan satu persatu penjelasan  beliau, semuanya itu adalah "Ibu", bagaimana Ibu dengan sembilan anak, dapat memberikan kebutuhan mereka tanpa "mengeluh" ..
Mungkin hal yang sama akan saya ucapkan, kalo ditanya tentang Ibu..
Bapak saya hanya seorang guru, dan tentunya gaji yang didapatkan pas-pasan untuk membutuhi kebutuhan lima anak, yang semuanya sudah menginjak bangku sekolah..
Saya tahu, betapa susahnya menjadi Ibu dikala itu, apalagi Bapak, tidak tinggal bersama kami. Bapak mengajar di daerah terpencil, yang tidak dapat dijangkau dengan mobil, sehingga Bapak harus naik motor ke daerah tersebut.. Di daerah tersebut sangatlah kekurangan guru, sehingga Bapak yang sebenarnya guru Kimia pun, harus merangkap jadi guru mata pelajaran yang lain, mulai dari Ekonomi, Kesenian, Komputer, Olahraga, dan yang lainnya.. Bapak menetap disana selama 5 hari, hari Jumat sore, Bapak sayapun kembali berkumpul di rumah.. Selama Bapak disana, Ibulah yang menjaga kami, ibulah yang mencari uang untuk kebutuhan sekolah kami, yang mungkin harus dibayarkan, sebelum Bapak pulang.. Jujur, menulis kenangan ini, membuatku tak kuat untuk meneteskan air mata ini..

Saya tidak bisa membayangkan, betapa sulitnya kehidupan kala itu.. Gaji Bapak juga, gak utuh diterima mama, karna papa juga disana masak sendiri, alias kita punya 2 dapur.. Belum lagi, buat beli bensin motor yang dipakai untuk menempuh perjalanan sejauh itu..
Saya teringat, ketika saya dan abang saya mengelilingi kampung, Saat itu, Ibu jadi Tengkulak Kopi,  sambil menyorong"beko"(tempat mengangkat barang, punya roda satu di depan, dan 2 pegangan, untuk kita pegang).. kamipun singgah ke tiap-tiap rumah yang sudah langganan Ibu(saya panggil Mama aja yah, itu panggilan saya pada Ibu).. Kami menulis berapa liter kopi mereka (setelah di hitung bersama), dan menaruhnya di atas beko, dan kamipun beranjak ke tempat yang lain.. begitulah... Masih teringat jelas, ketika tanpa sengaja, Abang saya menjatuhkan kopi di jalan, saya dan mamapun memunguti kopi yang berjatuhan di aspal itu, dimana kendaraan berlalu lalang..

Foto di depan rumah..
Mama tidak pernah gengsi, itu yang mama ajarkan kepada kami untuk apa kita malu?? Ketika saya masih kelas 5 SD, kami berencana pindah ke kampung Nenek saya(alm), Mama saya pergi kesana untuk beres-beres, sementara Bapak saya di tempat mengajarnya itu.. Adek yang paling bungsu dibawa mama, hanya kita berempat yang di rumah..
Tiap sore, saya dan adek saya Eben pergi belanja ke pasar, beli bahan-bahan buat jualan tahu isi di sekolah.. Abang saya biasanya mencabut singkong, dan membuat keripik singkong bersama adik perempuan saya Debora.. Kami semua sudah terbiasa hidup mandiri. Mama dan papa selalu menyimpan uang di kantong kain besar yang di tempel di dinnding, dan di bawahnya berisi daftar pembelian.. Pernah, waktu itu uangnya tidak cukup, padahal Bapak saya besok baru pulang, akhirnya kami hanya makan singkong goreng dan singkong rebus saat itu.. Saya juga memetik jagung yang sudah siap dipanen, dan merebusnya lalu membawanya untuk dijual ke sekolah...

Semuanya itu saya dapat dari Mama.. Mama tidak pernah berkata"tidak ada uang", apalagi untuk keperluan sekolah kami.. Mama selalu berusaha, banyak hal di sekitar kita yang bisa dijadikan uang, yang penting kita selalu berusaha, dan jangan lupa berdoa.. "Oraet Labora" Bahasa Latin itu yang di sengaja di print Bapak dan ditempelkan di dinding kamar saya, dan saudara2 saya..
Mama, mungkin berhari-hari bahkan berminggu-minggu, saya gak akan habis-habis untuk menceritakan sosok mama..
Satu hal, yang membuatku begitu kagum pada mama.. "Ketabahan" dan "tidak pernah menyerah".. banyak usaha yang sudah dilakukan mama.. kadang naik, kadang jatuh..tapi mama tidak pernah menyerah.. Dan persoalan apapun yang terjadi, mama tidak pernah ambil pusing, dan menjadi sedih karenanya.. Mama selalu bilang" Ngapain kita capek mikirin itu, yang ada kita malah stress, sakit, trus gimana mau kerja? , kalo semua2nya dipikirin, kita gak akan pernah merasa puas dan tenang"
hehe, saya selalu bilang, kepada suami saya, saya ingin seperti mama..Pokoknya saya harus bisa, tapi kenyataannya.. Gak semudah itu kawan..! Suami saya, hanya meledek dan dengan suara pelan berkata" Katanya mau seperti mama, gitu aja udah nyerah"
Sampai saya sudah punya anak, mama selalu sabar membimbingku...
I LOve U Mom..

0 komentar:

Posting Komentar