Jumat, 20 April 2012

"Prioritas"

Akhir-akhir ini saya lagi bingung.. Benar-benar dilematis, bila diperhadapkan dengan permasalahan seperti ini..
Entahlah.. apakah saya terlalu mengabaikan setiap kesempatan yang ada? atau memang sengaja mengabaikannya untuk prioritas lain yang lebih utama.. Saya gak yakin, yang saya lakukan adalah sebenarnya salah..apabila yang kuinginkan adalah menjadi ibu rumah tangga yang baik, tapi agak kurang srek, bila saya ingin menjadi wanita karier.. Entah darimana harus saya mulai semua ini.. Apa dimulai dari ketika saya benar-benar berhenti mengajar dan memprioritaskan diri untuk mengurus anak dan suami??
Semuanya ini  dimulai, karna beberapa hari yang lalu, teman2 saya yang sudah honorer lebih dari 3 tahun, dan sudah selesai pemberkasan, mendapat SK CPNS,...coba anda bayangkan betapa sedihnya mendengar itu, bukan sedih karena teman-teman saya lulus, tapi karna saya tidak mendapat bagian itu.. Saya membayangkan, bersusah payah selama 2 tahun untuk tetap bertahan, disamping mengurus anak dan kuliahan yang belum rampung.. Saya bertahan, karna saya yakin akan mendapatkan hasil yang baik..
Tapi tak selamanya jalanan itu mulus.. ketika di perkuliahan mulai sibuk, ketika anak saya sudah harus lebih diperhatikan, dan terlebih lagi, karna kami sudah mempunyai usaha sendiri...
Walaupun disaat itu, saya masih berusaha untuk sekuat mungkin bertahan, walaupun tak mudah, dan akhirnya menyerah.. Saya menyerah, disaat harus membawa Damar ke sekolah tiap pagi ke sekolah pake motor.. menyerah, disaat melihat suami saya harus bangun pagi, untuk menjaga Damar kalau cuaca tak bagus, sore hari juga harus menjaga Damar karna saya harus ke kampus, dan malam suami saya harus lembur kerja sampai pagi , karna seharian jagain Damar..
Yang mana yang jadi "prioritas" saat itu, saya gak tau.. Saya bertahan menjadi honor, untuk menunggu saat ini, saat dimana saya melihat nama saya terpampang di papan itu, bersama teman-teman saya yang lain.. 
Saya tahu ini untuk masa depan, tapi bukan untuk saat ini.. berapa kali suami saya jatuh sakit, karna kurang istirahat.. berapa kali anak saya batuk dan masuk angin karna saya bawa naik motor tiap hari..
Saya lega, tapi munafik jika saya bilang saya bahagia.. Rasa itu masih saja menggerogotiku...
Walaupun saya punya kepuasan sendiri..bisa melihat tumbuh kembang Damar setiap hari, bisa menyiapkan sarapan yang sehat buat mereka tiap hari, bisa menghargai dan melihat betapa susahnya suami saya bertanggungjawab atas keluarga kami, dan usaha yang kami jalani...
Saya khawatir, kalo saya telah membuang segala kesempatan yang ada... Semenjak saya gak ngajar, banyak sekali job yang menunggu..bahkan ketika saya PKL, baru berapa kali praktek, kepala sekolah sudah menawarkan saya untuk mengajar disana.. saya, yah saya,diantara 7 orang yang sama-sama PKL di tempat itu.. Walaupun gajinya 2 kali lipat di tempat mengajar saya yang pertama, tapi saya gak tertarik. tertarik, tapi gak bisa untuk menjalaninya.. Kalau dipikir2  hanya untuk membantu kebutuhan sehari-hari, nominal itu bisa kami dapat dalam 3 hari.. Jadi anggap saja, menolak kesempatan itu, sama dengan kami gak punya penghasilan dalam 3 hari, tapi bukan masalah nominal itu..tapi moment itu, kesempatan itu, dan pengalaman. Itu yang saya inginkan.. Saya tidak menyepelekan pendapatan suami saya dibanding dengan seorang PNS, tapi memang kenyataannya, gaji sebulan itu, mungkin bisa kami dapatkan dalam 5 atau 6 hari, bahkan pernah dalam 1 hari.. tapi ini masalah jaminan hidup. Bukan berarti saya tidak percaya, bahwa PNS saja yang terjamin, atau bukan saya tidak percaya, bahwa Tuhan selalu menyediakannya bagi kami.. Entahlah, apa mungkin, saya tergila-gila jadi seorang yang punya pangkat dan jabatan?? Atau merasa bangga, saat ditanya orang, saya bukanlah seorang pengangguran??
Dan akhirnya, saya membuang jauh semua pikiran itu, walaupun kadang menggoda, tapi saya gak peduli, mungki belum sekarang waktunya, toh juga jalan kita masih panjang..
Saya sudah memilih prioritas yang utama, yaitu keluarga...
Percuma saya bangga menggunakan seragam dinas, padahal anak dan suami saya merintih kesakitan membutuhkan saya.. Selagi suami saya masih bisa membutuhi kehidupan kami, kenapa saya tidak membantunya dengan cara yang lain?? Dengan cara menggantikannya jaga pagi, agar dia bisa istirahat setelah semalaman lembur..menggantikannya menjaga Damar dan merawatnya dengan baik, menggantikan waktuku yang mungkin di sekolah, dengan bercengkerama dengan mereka.. bermain bersama dengan mereka.. jalan-jalan dengan mereka.. Mungkin itu harga yang mahal, yang tidak bisa ditentukan nominalnya..  yang tidak bisa ditentukan sebulan dapat berapa??
Lagian dengan begini, pendapatan kami per hari juga lebih banyak dari sebelumnya, disamping bisa buka lebih pagi.. bisa tutup sampai larut malam,  karna semuanya dalam kondisi fit dan senang, ditambah lagi, disaat capek suami saya tinggal bermain sama anak kami, sampai kadang lupa, kalo kerjaan juga numpuk..
Saya puas, saya bisa menentukan Prioritas utama saya... apa prioritas utama kamu??

0 komentar:

Posting Komentar